Meskipun cinta begitu indah,
mencintai tidak semudah dan selurus yang kita bayangkan, ada banyak pelajaran
yang perlu kita ketahui agar kita memahaminya dengan tepat, dan menerapkannya
dengan benar dalam proses pemilihan pasangan hidup.
Sebenarnya, bagaimana tahapan
mencintai itu?
1. Pada awalnya kita memulai
dengan menyukai seseorang, baik karena ciri jasmaniah ataupun karakteristiknya.
2. Perasaan suka yang timbul,
diikuti ketertarikan/keinginan untuk mengenalnya lebih dalam.
3. Setelah mengenalnya, kita mengalami
kebergantungan, dimana kehadiran satu sama lain mengisi kebutuhan
masing-masing.
4. Kebergantungan menimbulkan
keintiman (kedekatan emosional).
5. Keintiman membawa pada puncak
penyatuan (pernikahan).
Mari kita ulas tahapan-tahapan di
atas.
RASA SUKA
Pernahkah
kamu bertanya, kenapa kita menyukai dia dan bukan yang lain? Sebenarnya, kita
tidak serta-merta menyukai seseorang tanpa alasan. Sebenarnya di dalam otak
kita terdapat cetak biru/gambaran seperti apa orang yang kita sukai. Ketika
kita menemukan orang yang sesuai dengan cetak biru itulah perasaan dan jantung
kita tergugah. Lalu, apa saja sih yang mempengaruhi cetak biru kita? Pertama,
cetak biru kita dipengaruhi oleh orang-orang penting di kehidupan kita di masa
lampau, khususnya orang tua. Jika relasi kita dengan orang tua lawan jenis
baik-baik saja, maka kita akan memilih pasangan hidup yang mirip orang tua
kita.
Kedua,
cetak biru kita juga dipengaruhi oleh apa yang kita lihat, baca, dan dengar.
Contoh, suami yang baik adalah suami yang mengasihi istrinya, memperhatikan
anak-anaknya, bertanggung jawab atas kebutuhan keluarga. Maka kita menjadikan
kriteria itu sebagai pemilihan pasangan hidup, dan menjauhi atau membatasi
hubungan dengan orang yang tidak sesuai dengan cetak biru kita. Memang, cetak
biru bersifat ideal, tetapi faktanya tidak selalu kita menemukan orang yang
persis memenuhi kriteria cetak biru kita, dan kita pun akan menyeleksi, apakah
orang ini memenuhi cetak biru yang paling menonjol atau yang terpenting yang
kita miliki. Lazimnya setelah kita menemukan pilihan dan masuk dalam relasi,
tetapi kemudian terdapat hal-hal yang tidak kita sukai, kita pun menimbang
ulang, apa kita akan meneruskan relasi ini atau tidak.
KETERTARIKAN
Sewaktu kita tertarik, kita jadi ingin dan
bersedia menghabiskan banyak waktu bersamanya. Jangan terburu-buru menganggap
ini cinta. Bila ketertarikan kita diresponi secara positif oleh si dia, akan
lebih banyak pertemuan-pertemuan terjadi. Sebaliknya, jika respon yang di dapat
adalah negatif, maka ketertarikan perlahan memudar. Bila kita adalah kriteria
idamannya maka dua cetak biru akan bertaut, hubungan akan berkembang dan
kebutuhan masing-masing terpenuhi.
KEBERGANTUNGAN
Fase
ini dapat disamakan dengan berpacaran, pacaran adalah masa membangun
kebergantungan. Relasi yang intens membuat kita bergantung padanya. Pada
akhirnya ia menjadi bagian di hidup kita. Dia menjadi teman bicara
menyenangkan, menghibur kita, memberi kita masukan, berbagi kebahagiaan. Tidak
berjumpa atau tidak mendengar suaranya sehari saja membuat kita merasakan
kehilangan yang besar. Dalam kehidupan kita, ada beberapa ruang, dan berlahan
tapi pasti, kebergantungan membuat dia mengisi seluruh ruang dalam hidup kita.
Ruang emosional, ruang kognitif, ruang rekreasi, ruang sosial, ruang rohani,
dan ruang jasmaniah/seksual (ruang yang hanya boleh di isi setelah menikah).
Setiap
ruang perlu bertumbuh dengan baik, artinya kita bertambah akrab, saling
mengenal, merasakan kebergantungan satu sama lain, keduanya bertumbuh bersama,
bukan satu bertumbuh dan yang lain berhenti. Fase kebergantungan adalah kita
menikmati bantuan dan ingin merasakan kasih sayang darinya. Hal ini bukan
karena kita kurang kasih sayang, tapi karena bersamanya hati jadi penuh
sukacita. Di masa berpacaran, kita perlu meneliti, apakah setiap ruang (Ruang
emosional, ruang kognitif, ruang rekreasi, ruang sosial, ruang rohani) terisi
dengan tepat dan penuh, dan ruang mana
yang masih perlu dikembangkan. Setelah menikah dan seiring berjalannya waktu
kebergantungan seyogianya meningkat dan mendalam.
KEINTIMAN
Kebergantungan
yang terus bertumbuh akan menciptakan keintiman. Keintiman itu adalah ketika
kita merasakan bahwa pasangan adalah pribadi yang paling dekat dengan kita. Ia
adalah belahan jiwa dan kehadirannya segalanya bagi kita. Jadi keintiman
merupakan penyatuan secara emosi, meski secara fisik, mereka belum menyatu. Jadi
pahamilah bahwa keintiman bukan melulu soal seks,tapi betapa pentingnya dia ada
di dalam hidup kita.
My opinion (Debora Yolanda): kalo
disini aku tarik kesimpulan, keintiman itu soal betapa pentingnya dia di
hidupmu dan betapa pentingnya kamu di hidupnya,
karena seks tidak selalu membuktikan soal keintiman. Sebab ada orang
yang bisa melakukan seks tanpa memiliki keintiman.
PENYATUAN
Penyatuan
adalah perkembangan dari keintiman. Disini masa berpacaran di akhiri, dan masa
pernikahan dimulai. Pada penyatuan ruang keintiman diperluas dan diperdalam
melalui penyatuan fisik. Penyatuan meliputi keseluruhan hidup bukan hanya soal penyatuan
jasmani, dan menuntut waktu serta usaha penuh. Penyatuan harus terus terjadi,
sebab jika penyatuan berhenti terjadi, keretakan akan meluas. Maka dalam
pernikahan, kita tidak boleh berhenti menyatu. Pada awalnya memang sukar karena
kita harus melepaskan sebagian diri kita, tapi makin lama jika kita sering
melakukannya, makin mudah kita menyatu.
BERPACARAN
Sebelum Berpacaran
Ada
dua definisi cinta, cinta yang didefinisikan dalam arti sempit yaitu
ketertarikan yang dilandasi rasa suka. Sedangkan cinta dipandang dari sudut
kematangan adalah cinta yang berkembang dari ketertarikan sampai tahap
kebergantungan dan keintiman, hingga penyatuan. Cinta dalam arti sempit ini
sering ditemukan pada masa remaja. Memang, masa remaja bukanlah kebutuhan akan
relasi yang ekslusif dan membatasi pergaulan, yang dibutuhkan masa remaja
adalah membangun relasi seluas-luasnya.
My opinion (Debora Yolanda):
semoga definisi cinta ini bisa membantu kalian buat mengoreksi, bagaimana
relasi yang saat ini kalian jalani, apakah cinta dalam arti sempit? Atau cinta
yang matang? Apa dia sudah bersedia untuk dimiliki? Atau masih ingin bebas liar
sesuka hati?
Peran Doa dalam Berpacaran
Ketika
perasaan suka mulai bertumbuh, pertama yang dilakukan adalah berdoalah mencari
kehendak TUHAN. Hal ini harus disertai hati yang terbuka terhadap kemungkinan
yaitu, kemungkinan perasaan ini menguat atau memudar. Bila perasaan itu
menguat, kita harus mendoakannya terlebih dahulu. Selanjutnya sampaikan kepada
orang tersebut soal perasaan kita, dan menanyakan, apa ia juga bersedia
mendoakan kemungkinan mengembangkan relasi ini. Mungkin pada saat itu, ia tidak
memiliki perasaan terhadap kita, maka kita meminta dia mempertimbangkan
kemungkinannya dan mendoakannya. Tapi, jika dia tidak bersedia, terimalah dan
percayalah pemeliharaan TUHAN, Ia tahu yang terbaik. Jika ia bersedia, tentukan
batas waktu untuk mendoakan relasi. Dan selama masa doa, tidak perlu dengan
sengaja kita memperbesar atau memperkecil perasaan yang ada.
Mintalah
kepada TUHAN untuk memperlihatkan dengan jelas, siapa orang yang kita doakan.
Perhatikan sifat dan akhlaknya, bandingkan dengan diri sendiri, lihat kecocokan
dan ketidak cocokan yang ada. Dalam masa doa, status relasi adalah berteman,
bukan berpacaran atau terikat. Setelah masa doa usai, baru kita membicarakan
kesimpulannya. Jika ternyata perasaan tidak berkembang, maka kita harus
menerima dengan lapang. Bila semakin berkembang, maka hubungan dapat
ditingkatkan menjadi berpacaran. Masa doa adalah masa menguji rasa suka, apakah
sungguh mengasihinya atau tertarik akan penampilan belaka. Maka dalam masa doa,
untuk sementara jangan melakukan pertemuan dengannya. Perpisahan akan menolong
kita untuk mengetahui, apa yang membuat kita tertarik padanya.
Peran Orang Tua dalam Berpacaran
Ada
kalanya, kita tidak yakin, apakah dia orang yang Tuhan berikan untuk kita
ataukah bukan. Cara untuk menjernihkan mata agar dapat melihat lebih jelas
dengan meminta masukan orang yang mengenal kita atau yang mengenal orang yang
kita suka. Ketidakrelaan kita melibatkan orang lain dalam penilaian relasi
kita, merupakan pertanda sesungguhnya kita merasa tidak aman dengan relasi yang
dijalin, seakan tengah menyembunyikan sesuatu yang buruk dari pandangan orang.
Jika kita merasa aman, seyogianya kita terbuka terhadap masukan orang, terutama
orang tua sendiri.
Selambat-lambatnya
kita memperkenalkan kekasih kepada orang tua, ketika kita mulai memasuki fase
kebergantungan. Memang diperlukan kedewasaan menerima respon mereka. Orang tua
pun memiliki “cetak biru” tentang calon menantunya kelak, sehingga sangat mungkin
jika “cetak biru” anak dan orang tua berbeda. Bila ini terjadi, saatnya kita
menggumulkan pilihan kita dan meminta Tuhan memperjelas kehendaknya. Kendati
orang tua tidak sempurna, jangan membuang nasihatnya. Tuhan acapkali memakai
orang tua untuk memandu anak mencari pasangan yang serasi. Pemberontakan kerap
kali melahirkan penyesalan. Sebaliknya, jangan juga kita ekstrem dengan menaati
masukan orang tua membabi-buta, saringlah masukan orang tua melalui hikmat dan
kebenaran firman TUHAN. Ketika kita memilih pasangan, jangan gunakan belas
kasihan dan alasan agar dia bertobat maka kita memilih pasangan. Sebab
pernikahan bukan ikatan sementara, melainkan seumur hidup.
Kesimpulan
Masa
berpacaran adalah masa memastikan, apakah kita dapat menjalin serta menghabiskan
sisa hidup bersamanya? Sedari berpacaran, kita sudah memiliki tujuan yang jelas
bahwa ini adalah masa persiapan menuju pernikahan. Jangan kita merendahkan diri
sendiri dengan mempermainkan perasaan dan hidup orang lain. Tapi, jangan kita
beranggapan bahwa pacaran harus berlanjut ke pelaminan. Kita harus berani
memutuskan berpisah manakala kita menemukan lebih banyak ketidakcocokan.
Perjalanan
merajut cinta memang punya banyak tantangan, dan untuk mengatasinya dibutuhkan
kematangan berfikir, bersikap, dan bertindak. Ada dua kriteria utama, dalam
memilih pasangan, yaitu (1) pilihlah orang yang mencintai TUHAN YESUS dengan sepenuh hati dan (2) pilihlah orang yang
mencintai kita dengan sepenuh hati.
Jangan kita mempermainkan perasaan cinta kita kepada orang ataupun cinta orang
terhadap kita. Keluarga yang sehat berawal dari proses berpacaran yang sehat,
dan berpacaran yang sehat berangkat dari proses mencintai yang sehat.