Jika kemarin kita telah membaca opening dari buku Hidup Tanpa Penyesalan: Memilih Pasangan Hidup di bab 1, kini saatnya kita makin mendalami pemahan review dengan membaca Bab 2. Tetapi sebelum lanjut membaca, mari pahami dahulu pertanyaan dari Bab 2: Mengapa Kita Memilih Dia?
Pemilihan pasangan ditentukan oleh banyak faktor, bukan hanya kita,
melainkan terutama dari Tuhan. Sebetulnya, kita sedang memilih orang yang
memiliki kriteria yang kita idamkan. Waktu kita menjumpai kriteria itu, kita
tertarik padanya. Terkadang, kita tidak kunjung menemukan seseorang sesuai
kriteria kita, akhirnya kita memilah-milah, mana yang bisa di kompromikan dan
mana yang tidak. Sebetulnya dalam diri kita ada dua kriteria dasar.
Pertama: kita mencari orang yang membuat
kita merasa nyaman.
Rasa nyaman? Seperti apakah itu? Rasa nyaman adalah terpenuhinya
semua kebutuhan dan pengharapan yang terpenting di dalam diri kita. Lalu,
bagaimana cara mengetahui apakah dia dapat memberikan rasa nyaman? Harus
melalui proses, waktu, dan kebersamaan yang akan menunjukkan kepada kita,
apakah dia dapat memberikan rasa nyaman atau tidak. Ketika apa yang kita
butuhkan tidak dapat diberikannya, disitu kita menimbang. Mau melanjutkan
hubungan atau tidak. *Ini di lakukan selama kita berpacaran, bukan setelah
menikah*
Kedua: kita sedang mencari seseorang yang
mampu memberikan rasa aman.
Rasa aman maksudnya, kepastian dia menerima diri kita apa adanya.
Tentu kita tidak mau dekat dengan orang yang mencederai, melukai, menghina,
melecehkan, dan merendahkan kita.
Sebetulnya kriteria yang kita gunakan untuk
memilih pasangan adalah rasa aman dan nyaman. Rasa aman juga termasuk tetang
hal financial.
Namun dari dua hal sederhana tadi dapat berkembang menjadi sesuatu
yang kompleks. Karena menikah tidak hanya bicara soal rasa aman dan nyaman. Ada
kalanya kita hanya melihat 2 kebutuhan sederhana ini tanpa memikirkan kebutuhan
yang lain, dan ending-nya memilih pasangan yang
keliru.
Apa saja hal-hal yang membuat kita keliru
karena terfokus pada rasa aman dan nyaman?
Pertama: pasangan terlalu mengidolakan kita, sehingga kita terbuai
dan gagal melihat area dimana kita harus bertumbuh. Pasangan yang terlalu
mengidolakan kita membuat kita merasa kita tidak memiliki kekurangan dan kita
pun berfikir bahwa tidak mungkin dia bisa meninggalkan kita. Relasi yang sehat
itu didasari atas penerimaan dan penghargaan namun tetap memberi ruang
pertumbuhan. Ketika kita terlalu mengidolakan pasangan, kita tidak berani
mengungkapkan ketidak puasan kita, akibatnya relasi menjadi mati dan tidak
bertumbuh.
Kedua: adakalanya kebutuhan yang kita miliki terlalu besar dan
pasangan mengalami kesusahan untuk memenuhinya. Pernahkah kamu bertanya mengapa
selalu tidak menikah setelah berpacaran berkali-kali? Jawabannya karena kita tidak pernah merasa
nyaman, karena kebutuhan kita tidak terpenuhi. Kita menyalahkan pacar kita yang
tidak bisa memenuhinya. Padahal masalahnya terletak pada diri kita. Jika
masalahnya seperti itu, kita harus membereskan masalah kita terlebih dahulu
sebelum kita memulai relasi dengan seseorang.
Ketiga: kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan pasangan memang
lemah, kita susah membuat orang lain merasa nyaman. Kita tidak siap memberi,
berjuang, kita tidak tahu bagaimana memberi. Jika kita tidak tahu cara memberi
kasih sayang, tidak tahu cara mementingkan perasaan orang lain, kita sulit
membuat orang lain merasa nyaman. Akhirnya kita tidak pernah bisa bersama orang
lain. Kadang, ada orang yang sadar bahwa dia tidak bisa memenuhi kebutuhan
pasangannya tapi yakin setelah menikah dia bisa memenuhinya. Selayaknya sedari
pacaran, kita sudah menerapkan dan melakukannya. Jangan berkata "nanti
setelah menikah pasti bisa", calon pasangan kita perlu bukti bukan janji.
Waktu bersama saat pacaran adalah waktu menimbang bisa atau tidak kita memenuhi
kebutuhan pasangan kita. Kita mesti realistis dengan apa yang bisa dan tidak
bisa kita lakukan.
Keempat: karena fokus pada kebutuhan tertentu, kita luput melihat
bahwa ada banyak ketidakcocokan di antara kita. Rasa nyaman karena terpenuhinya
satu kebutuhan membutakan mata kita untuk melihat perbedaan yang ada. Kita
menghibur diri bahwa faktor tersebut sulit dipenuhi, seperti merasa nyaman
karena di cintai, tapi tidak aman ketika kita melakukan kesalahan, kita
dimakimaki tanpa henti.
Hal terpenting, kita harus berdoa. Sebelum berpacaran, selagi
berpacaran, kita harus berdoa meminta Tuhan menuntun kita, memberikan
tanda-tanda yang jelas. Supaya kita mengetahui apakah ini kehendak TUHAN atau
tidak. Agar kita bisa mengetahui bahwa dia adalah orang yang tepat untuk kita
dan kita pun tepat untuk dia. Kita
juga harus berkonsultasi dengan orang lain, yaitu orang-orang terdekat kita,
terbukalah pada orang-orang terdekat kita dan mintalah pendapat mereka.
0 komentar:
Posting Komentar