Jumat, 30 Oktober 2020

Bab 2: Mengapa Kita Memilih Dia? by Paul Gunadi

Jika kemarin kita telah membaca opening dari buku Hidup Tanpa Penyesalan: Memilih Pasangan Hidup di bab 1, kini saatnya kita makin mendalami pemahan review dengan membaca Bab 2. Tetapi sebelum lanjut membaca, mari pahami dahulu pertanyaan dari Bab 2:  Mengapa Kita Memilih Dia?




Pemilihan pasangan ditentukan oleh banyak faktor, bukan hanya kita, melainkan terutama dari Tuhan. Sebetulnya, kita sedang memilih orang yang memiliki kriteria yang kita idamkan. Waktu kita menjumpai kriteria itu, kita tertarik padanya. Terkadang, kita tidak kunjung menemukan seseorang sesuai kriteria kita, akhirnya kita memilah-milah, mana yang bisa di kompromikan dan mana yang tidak. Sebetulnya dalam diri kita ada dua kriteria dasar.

Pertama: kita mencari orang yang membuat kita merasa nyaman.

Rasa nyaman? Seperti apakah itu? Rasa nyaman adalah terpenuhinya semua kebutuhan dan pengharapan yang terpenting di dalam diri kita. Lalu, bagaimana cara mengetahui apakah dia dapat memberikan rasa nyaman? Harus melalui proses, waktu, dan kebersamaan yang akan menunjukkan kepada kita, apakah dia dapat memberikan rasa nyaman atau tidak. Ketika apa yang kita butuhkan tidak dapat diberikannya, disitu kita menimbang. Mau melanjutkan hubungan atau tidak. *Ini di lakukan selama kita berpacaran, bukan setelah menikah*

Kedua: kita sedang mencari seseorang yang mampu memberikan rasa aman.

Rasa aman maksudnya, kepastian dia menerima diri kita apa adanya. Tentu kita tidak mau dekat dengan orang yang mencederai, melukai, menghina, melecehkan, dan merendahkan kita.

Sebetulnya kriteria yang kita gunakan untuk memilih pasangan adalah rasa aman dan nyaman. Rasa aman juga termasuk tetang hal financial.

Namun dari dua hal sederhana tadi dapat berkembang menjadi sesuatu yang kompleks. Karena menikah tidak hanya bicara soal rasa aman dan nyaman. Ada kalanya kita hanya melihat 2 kebutuhan sederhana ini tanpa memikirkan kebutuhan yang lain, dan ending-nya memilih pasangan yang keliru.

Apa saja hal-hal yang membuat kita keliru karena terfokus pada rasa aman dan nyaman?

Pertama: pasangan terlalu mengidolakan kita, sehingga kita terbuai dan gagal melihat area dimana kita harus bertumbuh. Pasangan yang terlalu mengidolakan kita membuat kita merasa kita tidak memiliki kekurangan dan kita pun berfikir bahwa tidak mungkin dia bisa meninggalkan kita. Relasi yang sehat itu didasari atas penerimaan dan penghargaan namun tetap memberi ruang pertumbuhan. Ketika kita terlalu mengidolakan pasangan, kita tidak berani mengungkapkan ketidak puasan kita, akibatnya relasi menjadi mati dan tidak bertumbuh.

Kedua: adakalanya kebutuhan yang kita miliki terlalu besar dan pasangan mengalami kesusahan untuk memenuhinya. Pernahkah kamu bertanya mengapa selalu tidak menikah setelah berpacaran berkali-kali?  Jawabannya karena kita tidak pernah merasa nyaman, karena kebutuhan kita tidak terpenuhi. Kita menyalahkan pacar kita yang tidak bisa memenuhinya. Padahal masalahnya terletak pada diri kita. Jika masalahnya seperti itu, kita harus membereskan masalah kita terlebih dahulu sebelum kita memulai relasi dengan seseorang.

Ketiga: kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan pasangan memang lemah, kita susah membuat orang lain merasa nyaman. Kita tidak siap memberi, berjuang, kita tidak tahu bagaimana memberi. Jika kita tidak tahu cara memberi kasih sayang, tidak tahu cara mementingkan perasaan orang lain, kita sulit membuat orang lain merasa nyaman. Akhirnya kita tidak pernah bisa bersama orang lain. Kadang, ada orang yang sadar bahwa dia tidak bisa memenuhi kebutuhan pasangannya tapi yakin setelah menikah dia bisa memenuhinya. Selayaknya sedari pacaran, kita sudah menerapkan dan melakukannya. Jangan berkata "nanti setelah menikah pasti bisa", calon pasangan kita perlu bukti bukan janji. Waktu bersama saat pacaran adalah waktu menimbang bisa atau tidak kita memenuhi kebutuhan pasangan kita. Kita mesti realistis dengan apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan.

Keempat: karena fokus pada kebutuhan tertentu, kita luput melihat bahwa ada banyak ketidakcocokan di antara kita. Rasa nyaman karena terpenuhinya satu kebutuhan membutakan mata kita untuk melihat perbedaan yang ada. Kita menghibur diri bahwa faktor tersebut sulit dipenuhi, seperti merasa nyaman karena di cintai, tapi tidak aman ketika kita melakukan kesalahan, kita dimakimaki tanpa henti.

Hal terpenting, kita harus berdoa. Sebelum berpacaran, selagi berpacaran, kita harus berdoa meminta Tuhan menuntun kita, memberikan tanda-tanda yang jelas. Supaya kita mengetahui apakah ini kehendak TUHAN atau tidak. Agar kita bisa mengetahui bahwa dia adalah orang yang tepat untuk kita dan kita pun tepat untuk dia. Kita juga harus berkonsultasi dengan orang lain, yaitu orang-orang terdekat kita, terbukalah pada orang-orang terdekat kita dan mintalah pendapat mereka.





0 komentar:

Posting Komentar