Kamis, 05 November 2020

KENAPA ME-REVIEW BUKU HIDUP TANPA PENYESALAN?

 

Hai Dear...

Welcome Back To My Blogg, with me, Debora Yolanda...

Bagaimana kabarmu di tengah pandemi COVID-19 ini? Aku berdoa kamu baik-baik saja, dan dilingkupi dengan kasih TUHAN. Amin...

Ahirnya, kamu sampai di halaman ini, dan telah menyelesaikan pembacaan review buku, sampai akhir. Selamat yah... J

Di sini, aku gak akan bahas lagi soal review buku, tapi yang ingin aku bahas adalah alasanku, kenapa nge-review buku Telaga 3. Yuk, langsung baca aja ya...

Beberapa hari yang lalu, aku mengisi sebuah kuesioner. Kata temanku, itu kuesioner untuk para jemaat kristiani di seluruh Indonesia.  Kegunaan kuesionernya untuk membantu para gereja di Indonesia, untuk membuat kebijakan baru dalam menghadapi New Normal. Sekilas kuesioner ini terlihat biasa seperti pada umumnya, namun tiba-tiba ada 2 pertanyaan yang cukup mengusik hatiku. Dalam sebuah kuesioner itu yang pertama ditanya, apa statusmu saat ini? A. Lajang atau sedang dalam hubungan atau bersiap untuk menikah, b. Menikah c. Bercerai dll. Yang kedua ditanya, dalam kondisi pandemi seperti ini, mana hubunganmu yang paling terusik/terganggu/mengalami masalah? A. Hubungan mu dengan pasangan (pacar, tunangan/calon suami/istri), b. Hubungan mu dengan orang tua, dll.

Mungkin bagi sebagian orang, pertanyaan itu lucu, menggelitik, tapi bagiku itu pertanyaan yang menyentuh dan cukup serius. Aku seperti bisa memposisikan diriku pada kondisi teman-teman yang lagi mengalami masalah dalam relasi mereka dengan pasangan mereka. Pikirku pun melayang, kalo orang di masa pandemi ini lagi sibuk menghitung berapa orang meninggal karena COVID-19, berapa ibu yang hamil karena adanya stay @home, diriku justru bertanya, berapa banyak pasangan yang mengakhiri hubungan gara-gara harus social distance? Mungkin kalo gak tragis, lagsung jadi jomblo gitu,  adakah diantara kalian yang hubungan kasih dengan pacarnya menjadi dingin? Seperti terjadi pembiaran di hubungan kalian, apa lagi kalo pacarmu berkata bahwa dia bukan warga dumai sejati, dia lebih suka real daripada dumai, tentu hatimu pun menjadi kacau.

                Oh... dear, aku turut prihatin dengan apa yang kamu alami, aku turut sedih jika itu yang terjadi padamu. Bagaimana pun kondisimu saat ini, datanglah selalu kepada Tuhan, sebab dia adalah sumber kasih sejati, dia akan memampukanmu melewati segala kesedihan yang kau alami. Menangis dan sedih saat ini, itu boleh, ungkapkan segala kepedihanmu agar kamu menjadi lega, sebab kita bukan makhluk sempurna yang bisa stay cool seterusnya. Tapi aku percaya, bahwa kamu mau bangkit dari segala kepedihan hatimu, kamu mau sembuh dari luka di hatimu, buktinya kamu bisa menemukan tulisanku ini, sebagai usahamu dalam mengobati luka hatimu.

                Jadi karena kuesioner yang aku renungkan itu, akhirnya aku memutuskan membeli sebuah buku yang aku anggap ini penting, dan aku ingin merangkumnya dan dibagikan ke kalian. Dalam review kali ini, aku merangkum bukunya, dan aku beri opini-opiniku mengenai beberapa tema di buku ini berdasar cerita sehari-hari, yang pernah aku atau temenku alami, supaya kalian makin mudah memahami. Pokoknya aku pengen review aku ini memberikan pengetahuan dan pengalaman buat kalian.

                Aku membaca buku ini tentu karena aku tak ingin memiliki rasa penyesalan dalam hidup, terutama tentang memilih pasangan hidup. Demikian juga aku tak ingin semua wanita singel di dunia ini menyesal tentang memilih pasangan hidup. Memang tidak ada pasangan yang sempurna dan letterlijk seperti di buku, dan aku tahu itu. Tetapi dengan membaca semua ini, setidaknya kita memiliki tambahan pengetahuan tentang bagaimana memilih pasangan hidup yang tepat, untuk meminimalkan penyesalan yang terjadi di dalam hidup.

0 komentar:

Posting Komentar