Minggu, 01 November 2020

BAB 4 MENCINTAI DAN BERPACARAN BY PAUL GUNADI

Meskipun cinta begitu indah, mencintai tidak semudah dan selurus yang kita bayangkan, ada banyak pelajaran yang perlu kita ketahui agar kita memahaminya dengan tepat, dan menerapkannya dengan benar dalam proses pemilihan pasangan hidup.


Sebenarnya, bagaimana tahapan mencintai itu?

1. Pada awalnya kita memulai dengan menyukai seseorang, baik karena ciri jasmaniah ataupun karakteristiknya.

2. Perasaan suka yang timbul, diikuti ketertarikan/keinginan untuk mengenalnya lebih dalam.

3.  Setelah mengenalnya, kita mengalami kebergantungan, dimana kehadiran satu sama lain mengisi kebutuhan masing-masing.

4. Kebergantungan menimbulkan keintiman (kedekatan emosional).

5. Keintiman membawa pada puncak penyatuan (pernikahan).

Mari kita ulas tahapan-tahapan di atas.

RASA SUKA

                Pernahkah kamu bertanya, kenapa kita menyukai dia dan bukan yang lain? Sebenarnya, kita tidak serta-merta menyukai seseorang tanpa alasan. Sebenarnya di dalam otak kita terdapat cetak biru/gambaran seperti apa orang yang kita sukai. Ketika kita menemukan orang yang sesuai dengan cetak biru itulah perasaan dan jantung kita tergugah. Lalu, apa saja sih yang mempengaruhi cetak biru kita? Pertama, cetak biru kita dipengaruhi oleh orang-orang penting di kehidupan kita di masa lampau, khususnya orang tua. Jika relasi kita dengan orang tua lawan jenis baik-baik saja, maka kita akan memilih pasangan hidup yang mirip orang tua kita.

                Kedua, cetak biru kita juga dipengaruhi oleh apa yang kita lihat, baca, dan dengar. Contoh, suami yang baik adalah suami yang mengasihi istrinya, memperhatikan anak-anaknya, bertanggung jawab atas kebutuhan keluarga. Maka kita menjadikan kriteria itu sebagai pemilihan pasangan hidup, dan menjauhi atau membatasi hubungan dengan orang yang tidak sesuai dengan cetak biru kita. Memang, cetak biru bersifat ideal, tetapi faktanya tidak selalu kita menemukan orang yang persis memenuhi kriteria cetak biru kita, dan kita pun akan menyeleksi, apakah orang ini memenuhi cetak biru yang paling menonjol atau yang terpenting yang kita miliki. Lazimnya setelah kita menemukan pilihan dan masuk dalam relasi, tetapi kemudian terdapat hal-hal yang tidak kita sukai, kita pun menimbang ulang, apa kita akan meneruskan relasi ini atau tidak.

KETERTARIKAN

                 Sewaktu kita tertarik, kita jadi ingin dan bersedia menghabiskan banyak waktu bersamanya. Jangan terburu-buru menganggap ini cinta. Bila ketertarikan kita diresponi secara positif oleh si dia, akan lebih banyak pertemuan-pertemuan terjadi. Sebaliknya, jika respon yang di dapat adalah negatif, maka ketertarikan perlahan memudar. Bila kita adalah kriteria idamannya maka dua cetak biru akan bertaut, hubungan akan berkembang dan kebutuhan masing-masing terpenuhi.

KEBERGANTUNGAN

                Fase ini dapat disamakan dengan berpacaran, pacaran adalah masa membangun kebergantungan. Relasi yang intens membuat kita bergantung padanya. Pada akhirnya ia menjadi bagian di hidup kita. Dia menjadi teman bicara menyenangkan, menghibur kita, memberi kita masukan, berbagi kebahagiaan. Tidak berjumpa atau tidak mendengar suaranya sehari saja membuat kita merasakan kehilangan yang besar. Dalam kehidupan kita, ada beberapa ruang, dan berlahan tapi pasti, kebergantungan membuat dia mengisi seluruh ruang dalam hidup kita. Ruang emosional, ruang kognitif, ruang rekreasi, ruang sosial, ruang rohani, dan ruang jasmaniah/seksual (ruang yang hanya boleh di isi setelah menikah).

                Setiap ruang perlu bertumbuh dengan baik, artinya kita bertambah akrab, saling mengenal, merasakan kebergantungan satu sama lain, keduanya bertumbuh bersama, bukan satu bertumbuh dan yang lain berhenti. Fase kebergantungan adalah kita menikmati bantuan dan ingin merasakan kasih sayang darinya. Hal ini bukan karena kita kurang kasih sayang, tapi karena bersamanya hati jadi penuh sukacita. Di masa berpacaran, kita perlu meneliti, apakah setiap ruang (Ruang emosional, ruang kognitif, ruang rekreasi, ruang sosial, ruang rohani) terisi dengan tepat dan penuh,  dan ruang mana yang masih perlu dikembangkan. Setelah menikah dan seiring berjalannya waktu kebergantungan seyogianya meningkat dan mendalam.

KEINTIMAN

                Kebergantungan yang terus bertumbuh akan menciptakan keintiman. Keintiman itu adalah ketika kita merasakan bahwa pasangan adalah pribadi yang paling dekat dengan kita. Ia adalah belahan jiwa dan kehadirannya segalanya bagi kita. Jadi keintiman merupakan penyatuan secara emosi, meski secara fisik, mereka belum menyatu. Jadi pahamilah bahwa keintiman bukan melulu soal seks,tapi betapa pentingnya dia ada di dalam hidup kita.

My opinion (Debora Yolanda): kalo disini aku tarik kesimpulan, keintiman itu soal betapa pentingnya dia di hidupmu dan betapa pentingnya kamu di hidupnya,  karena seks tidak selalu membuktikan soal keintiman. Sebab ada orang yang bisa melakukan seks tanpa memiliki keintiman.

PENYATUAN

                Penyatuan adalah perkembangan dari keintiman. Disini masa berpacaran di akhiri, dan masa pernikahan dimulai. Pada penyatuan ruang keintiman diperluas dan diperdalam melalui penyatuan fisik. Penyatuan meliputi keseluruhan hidup bukan hanya soal penyatuan jasmani, dan menuntut waktu serta usaha penuh. Penyatuan harus terus terjadi, sebab jika penyatuan berhenti terjadi, keretakan akan meluas. Maka dalam pernikahan, kita tidak boleh berhenti menyatu. Pada awalnya memang sukar karena kita harus melepaskan sebagian diri kita, tapi makin lama jika kita sering melakukannya, makin mudah kita menyatu.

BERPACARAN

Sebelum Berpacaran

                Ada dua definisi cinta, cinta yang didefinisikan dalam arti sempit yaitu ketertarikan yang dilandasi rasa suka. Sedangkan cinta dipandang dari sudut kematangan adalah cinta yang berkembang dari ketertarikan sampai tahap kebergantungan dan keintiman, hingga penyatuan. Cinta dalam arti sempit ini sering ditemukan pada masa remaja. Memang, masa remaja bukanlah kebutuhan akan relasi yang ekslusif dan membatasi pergaulan, yang dibutuhkan masa remaja adalah membangun relasi seluas-luasnya.

My opinion (Debora Yolanda): semoga definisi cinta ini bisa membantu kalian buat mengoreksi, bagaimana relasi yang saat ini kalian jalani, apakah cinta dalam arti sempit? Atau cinta yang matang? Apa dia sudah bersedia untuk dimiliki? Atau masih ingin bebas liar sesuka hati?

Peran Doa dalam Berpacaran

                Ketika perasaan suka mulai bertumbuh, pertama yang dilakukan adalah berdoalah mencari kehendak TUHAN. Hal ini harus disertai hati yang terbuka terhadap kemungkinan yaitu, kemungkinan perasaan ini menguat atau memudar. Bila perasaan itu menguat, kita harus mendoakannya terlebih dahulu. Selanjutnya sampaikan kepada orang tersebut soal perasaan kita, dan menanyakan, apa ia juga bersedia mendoakan kemungkinan mengembangkan relasi ini. Mungkin pada saat itu, ia tidak memiliki perasaan terhadap kita, maka kita meminta dia mempertimbangkan kemungkinannya dan mendoakannya. Tapi, jika dia tidak bersedia, terimalah dan percayalah pemeliharaan TUHAN, Ia tahu yang terbaik. Jika ia bersedia, tentukan batas waktu untuk mendoakan relasi. Dan selama masa doa, tidak perlu dengan sengaja kita memperbesar atau memperkecil perasaan yang ada.

                Mintalah kepada TUHAN untuk memperlihatkan dengan jelas, siapa orang yang kita doakan. Perhatikan sifat dan akhlaknya, bandingkan dengan diri sendiri, lihat kecocokan dan ketidak cocokan yang ada. Dalam masa doa, status relasi adalah berteman, bukan berpacaran atau terikat. Setelah masa doa usai, baru kita membicarakan kesimpulannya. Jika ternyata perasaan tidak berkembang, maka kita harus menerima dengan lapang. Bila semakin berkembang, maka hubungan dapat ditingkatkan menjadi berpacaran. Masa doa adalah masa menguji rasa suka, apakah sungguh mengasihinya atau tertarik akan penampilan belaka. Maka dalam masa doa, untuk sementara jangan melakukan pertemuan dengannya. Perpisahan akan menolong kita untuk mengetahui, apa yang membuat kita tertarik padanya.

Peran Orang Tua dalam Berpacaran

                Ada kalanya, kita tidak yakin, apakah dia orang yang Tuhan berikan untuk kita ataukah bukan. Cara untuk menjernihkan mata agar dapat melihat lebih jelas dengan meminta masukan orang yang mengenal kita atau yang mengenal orang yang kita suka. Ketidakrelaan kita melibatkan orang lain dalam penilaian relasi kita, merupakan pertanda sesungguhnya kita merasa tidak aman dengan relasi yang dijalin, seakan tengah menyembunyikan sesuatu yang buruk dari pandangan orang. Jika kita merasa aman, seyogianya kita terbuka terhadap masukan orang, terutama orang tua sendiri.

                Selambat-lambatnya kita memperkenalkan kekasih kepada orang tua, ketika kita mulai memasuki fase kebergantungan. Memang diperlukan kedewasaan menerima respon mereka. Orang tua pun memiliki “cetak biru” tentang calon menantunya kelak, sehingga sangat mungkin jika “cetak biru” anak dan orang tua berbeda. Bila ini terjadi, saatnya kita menggumulkan pilihan kita dan meminta Tuhan memperjelas kehendaknya. Kendati orang tua tidak sempurna, jangan membuang nasihatnya. Tuhan acapkali memakai orang tua untuk memandu anak mencari pasangan yang serasi. Pemberontakan kerap kali melahirkan penyesalan. Sebaliknya, jangan juga kita ekstrem dengan menaati masukan orang tua membabi-buta, saringlah masukan orang tua melalui hikmat dan kebenaran firman TUHAN. Ketika kita memilih pasangan, jangan gunakan belas kasihan dan alasan agar dia bertobat maka kita memilih pasangan. Sebab pernikahan bukan ikatan sementara, melainkan seumur hidup.

Kesimpulan

                Masa berpacaran adalah masa memastikan, apakah kita dapat menjalin serta menghabiskan sisa hidup bersamanya? Sedari berpacaran, kita sudah memiliki tujuan yang jelas bahwa ini adalah masa persiapan menuju pernikahan. Jangan kita merendahkan diri sendiri dengan mempermainkan perasaan dan hidup orang lain. Tapi, jangan kita beranggapan bahwa pacaran harus berlanjut ke pelaminan. Kita harus berani memutuskan berpisah manakala kita menemukan lebih banyak ketidakcocokan.

                Perjalanan merajut cinta memang punya banyak tantangan, dan untuk mengatasinya dibutuhkan kematangan berfikir, bersikap, dan bertindak. Ada dua kriteria utama, dalam memilih pasangan, yaitu (1) pilihlah orang yang mencintai TUHAN YESUS dengan sepenuh hati dan (2) pilihlah orang yang mencintai kita dengan sepenuh hati. Jangan kita mempermainkan perasaan cinta kita kepada orang ataupun cinta orang terhadap kita. Keluarga yang sehat berawal dari proses berpacaran yang sehat, dan berpacaran yang sehat berangkat dari proses mencintai yang sehat.  






 

0 komentar:

Posting Komentar