Bagaimana seseorang mencintai, sebenarnya menyingkapkan siapakah orang itu: “Apa nilai hidupnya? Bagaimana dia memperlakukan sesamanya? Apa yang menjadi kebutuhan pokoknya? Seberapa dewasa dia?” Jadi, sudah selayaknya kita mencari tahu bagaimana ia mencintai sebelum kita membuat keputusan untuk hidup bersamanya. Ingat, yang terpenting bukan perkataan cintanya, tapi bukti nyata yang dapat kita pantau dari tindakannya. Pada dasarnya, cinta dapat dibagi menjadi dua: cinta yang menghancurkan dan cinta yang membangun.
Cinta yang Menghancurkan
Merupakan
cinta yang muncul tiba-tiba dengan kekuatan yang sangat besar, membuat pikiran dan jiwa terfokus padanya.
Pusat cinta ini adalah kepentingan dan kepuasan sendiri. Ciri utama dari cinta
yang menghancurkan adalah:
Menguasai, kita akan kehilangan
kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Segala sesuatu harus sesuai keinginan dan
seleranya. Apa pun yang kita lakukan akan menjadi salah di matanya. Bila kita
menolak permintaannya, ia marah dan mencaci maki kita, atau dia juga tidak
segan memukul kita.
Manipulatif, merupakan paksaan menggunakan ancaman yang
dilakukan secara halus, sehingga kadang kita tidak menyadari bahwa kita sedang
dipaksa. Tanpa kita sadari, ia terus menggiring kita masuk ke dalam
perangkapnya. Cinta yang menghancurkan adalah cinta pada diri sendiri. Kita
dijadikannya alat untuk membuat dirinya merasa lebih aman, lebih bernilai,
lebih kuat, lebih dikasihi dan sebagainya. Pada akhirnya, kita yang akan
kehilangan diri kita sendiri.
Cinta yang Membangun
Firman
Tuhan mengajarkan soal cinta dan semua diuraikan dalam 1 korintus 13 : 4-7.
Berdasarkan ayat tersebut, karakteristik cinta dapat diuraikan sebagai berikut:
Pusat
cinta adalah orang yang dicintai. Tidak mementingkan diri sendiri. Kasih itu
sabar, kesabaran muncul tatkala kita berhasil mengesampingkan diri dan
mementingkan orang yang kita kasihi, memikirkan apa yang baik dan benar
baginya. Menghormati pasangan dan memberinya ruang gerak menjadi diri sendiri.
Kita boleh memberi masukan dan menyampaikan harapan kita, tapi kita tidak boleh
memaksanya menjadi seperti yang kita harapkan. Kita memintanya namun menerima
keputusannya. Kasih itu murah hati, sehingga sukacitanya adalah memberi dan
bukan menuntut. Namun perlu dipahami bahwa, apakah murah hatinya kepada orang
yang ia cintai saja, atau kepada semua orang, ia bermurah hati? Jika ia hanya
murah hati kepada kita tapi kikir pada orang lain, kita perlu curiga, bahwa
sebenarnya ia sedang memanipulasi kita. Cinta yang membangun, memberi
kemerdekaan, memanggil kerelaan, bukan keterpaksaan. Meski kita takut
kehilangan, tapi kita tidak menguasai dan memaksanya.
Cinta
yang membangun, tidaklah sombong. Kesombongan adalah tanda bahwa kita
mengidolakan diri dan menuntut pasangan melihat kelebihan kita. Dalam cinta
yang membangun, pandangan kita justru tertuju pada hal positif yang ada pada
pasangan, bukan pada diri kita. Di dalam cinta yang membangun, tidak ada
kekasaran dan pelecehan, sebab kita menghormati dia sebagai ciptaan TUHAN, dan
memperlakukannya dengan baik dan sopan. Kita tidak memandang hubungan dengannya
dari segi besar kecilnya keuntungan yang bisa kita peroleh, jika berhubungan
dengan dia. Cinta yang membangun, mengampuni kesalahan dan menerima kelemahan
pasangan. Kita menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna, tidak ada seorang
pun yang bisa memenuhi semua kebutuhan kita kecuali TUHAN. Dalam cinta yang
membangun, kita menyadari bahwa orang dapat melukai kita, tetapi kita bisa
menerima luka dan kecewa sebagai bagian dari hidup. Kita sadar, bahwa kadang
kala kita pun melukai dan mengecewakan pasangan atau orang yang kita kasihi.
Dalam cinta yang membangun, kita tidak menyimpan catatan kesalahan pasangan.
Kita berusaha melupakan apa yang telah terjadi setelah berupaya
menyelesaikannya.
Cinta
yang membangun tahu benar-salah dan baik-buruk. Mana yang jadi kehendak Tuhan
dan mana yang tidak berkenan di hati TUHAN. Dalam TUHAN, kasih dan kekudusan
menjadi satu kategori. Cinta yang membangun mempertimbangkan kepentingan dan
kebahagiaan orang yang kita kasihi, sehingga kita tidak berbuat semaunya dan
melukai pasangan. Di dalam cinta yang membangun, ada usaha untuk kita
melindungi relasi yang kita miliki. Banyak orang dapat memulai relasi kasih,tapi
tidak banyak yang bisa melindunginya. Dengan berjalannya waktu, kita
sembarangan dan tidak menghargai relasi itu. Kita tidak merawatnya dan
membiarkannya sendiri. Relasi kasih memerlukan perawatan, banyak relasi nikah
yang pada akhirnya kering rusak karena tidak dirawat. Pertengkaran berlimpah
karena tak mendapat cukup perhatian. Oleh sebab itu, kita harus menyayangi dan
memperlakukannya dengan penghargaan yang dalam.
Tuhan
tahu bahwa manusia tidak selalu berhasil menepati janji, tapi Ia selalu percaya
kepada kita. Ia selalu siap menerima pertobatan kita dan memberi kita
kepercayaan lagi. Inilah kasih dan seperti inilah seharusnya kita mengasihi.
Ketika kita kehilangan kepercayaan, disaat itulah kita kehilangan kasih.
Mengasihi dan mempercayai merupakan dua sisi dari satu koin. Cinta yang
membangun mempercayai kejujurannya, ketulusannya, kesetiaannya, dan kasihnya
kepada kita. Mempercayai berangkat dari pikiran positif kita kepada pasangan.
Cinta yang menghancurkan berangkat dari kecurigaan, karena didalam kecurigaan
terdapat ketakutan.
Firman
Tuhan mengajarkan, kasih selalu berharap. Cinta yang membangun berisikan
harapan, karena di dalam cinta selalu tersedia keinginan melihat perubahan dan
pembaharuan pada diri orang yang kita kasihi. Kita sadar bahwa ia memiliki
kelemahan tetapi kita terus berkeinginan melihatnya menjadi lebih baik. Cinta
yang membangun tidak mudah kehilangan harapan, sebab dasarnya kuat, dasar cinta
yang membangun memberi dan berkorban. Cinta yang menghancurkan, dasarnya
keuntungan pribadi, tatkala sudah tidak ada yang diterima maka pupuslah harapan
dan cintanya. Kasih sabar menanggung segala sesuatu. Dalam kasih ada ketabahan
dan ketangguhan. Kasih yang besar memberi kekuatan untuk bertahan dalam
penderitaan. Kita mencintai karena ingin memberi,di dalam memberi kita
menemukan kekuatan untuk bertahan.
0 komentar:
Posting Komentar