Selasa, 03 November 2020

BAB 6 KASIH SEJATI BY PAUL GUNADI

Bagaimana seseorang mencintai, sebenarnya menyingkapkan siapakah orang itu: “Apa nilai hidupnya? Bagaimana dia memperlakukan sesamanya? Apa yang menjadi kebutuhan pokoknya? Seberapa dewasa dia?” Jadi, sudah selayaknya kita mencari tahu bagaimana ia mencintai sebelum kita membuat keputusan untuk hidup bersamanya. Ingat, yang terpenting bukan perkataan cintanya, tapi bukti nyata yang dapat kita pantau dari tindakannya. Pada dasarnya, cinta dapat dibagi menjadi dua: cinta yang menghancurkan dan cinta yang membangun.



Cinta yang Menghancurkan

                Merupakan cinta yang muncul tiba-tiba dengan kekuatan yang sangat besar,  membuat pikiran dan jiwa terfokus padanya. Pusat cinta ini adalah kepentingan dan kepuasan sendiri. Ciri utama dari cinta yang menghancurkan adalah:

                Menguasai, kita akan kehilangan kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Segala sesuatu harus sesuai keinginan dan seleranya. Apa pun yang kita lakukan akan menjadi salah di matanya. Bila kita menolak permintaannya, ia marah dan mencaci maki kita, atau dia juga tidak segan memukul kita.

                Manipulatif,  merupakan paksaan menggunakan ancaman yang dilakukan secara halus, sehingga kadang kita tidak menyadari bahwa kita sedang dipaksa. Tanpa kita sadari, ia terus menggiring kita masuk ke dalam perangkapnya. Cinta yang menghancurkan adalah cinta pada diri sendiri. Kita dijadikannya alat untuk membuat dirinya merasa lebih aman, lebih bernilai, lebih kuat, lebih dikasihi dan sebagainya. Pada akhirnya, kita yang akan kehilangan diri kita sendiri.

Cinta yang Membangun

                Firman Tuhan mengajarkan soal cinta dan semua diuraikan dalam 1 korintus 13 : 4-7. Berdasarkan ayat tersebut, karakteristik cinta dapat diuraikan sebagai berikut:

                Pusat cinta adalah orang yang dicintai. Tidak mementingkan diri sendiri. Kasih itu sabar, kesabaran muncul tatkala kita berhasil mengesampingkan diri dan mementingkan orang yang kita kasihi, memikirkan apa yang baik dan benar baginya. Menghormati pasangan dan memberinya ruang gerak menjadi diri sendiri. Kita boleh memberi masukan dan menyampaikan harapan kita, tapi kita tidak boleh memaksanya menjadi seperti yang kita harapkan. Kita memintanya namun menerima keputusannya. Kasih itu murah hati, sehingga sukacitanya adalah memberi dan bukan menuntut. Namun perlu dipahami bahwa, apakah murah hatinya kepada orang yang ia cintai saja, atau kepada semua orang, ia bermurah hati? Jika ia hanya murah hati kepada kita tapi kikir pada orang lain, kita perlu curiga, bahwa sebenarnya ia sedang memanipulasi kita. Cinta yang membangun, memberi kemerdekaan, memanggil kerelaan, bukan keterpaksaan. Meski kita takut kehilangan, tapi kita tidak menguasai dan memaksanya.

                Cinta yang membangun, tidaklah sombong. Kesombongan adalah tanda bahwa kita mengidolakan diri dan menuntut pasangan melihat kelebihan kita. Dalam cinta yang membangun, pandangan kita justru tertuju pada hal positif yang ada pada pasangan, bukan pada diri kita. Di dalam cinta yang membangun, tidak ada kekasaran dan pelecehan, sebab kita menghormati dia sebagai ciptaan TUHAN, dan memperlakukannya dengan baik dan sopan. Kita tidak memandang hubungan dengannya dari segi besar kecilnya keuntungan yang bisa kita peroleh, jika berhubungan dengan dia. Cinta yang membangun, mengampuni kesalahan dan menerima kelemahan pasangan. Kita menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna, tidak ada seorang pun yang bisa memenuhi semua kebutuhan kita kecuali TUHAN. Dalam cinta yang membangun, kita menyadari bahwa orang dapat melukai kita, tetapi kita bisa menerima luka dan kecewa sebagai bagian dari hidup. Kita sadar, bahwa kadang kala kita pun melukai dan mengecewakan pasangan atau orang yang kita kasihi. Dalam cinta yang membangun, kita tidak menyimpan catatan kesalahan pasangan. Kita berusaha melupakan apa yang telah terjadi setelah berupaya menyelesaikannya.

                Cinta yang membangun tahu benar-salah dan baik-buruk. Mana yang jadi kehendak Tuhan dan mana yang tidak berkenan di hati TUHAN. Dalam TUHAN, kasih dan kekudusan menjadi satu kategori. Cinta yang membangun mempertimbangkan kepentingan dan kebahagiaan orang yang kita kasihi, sehingga kita tidak berbuat semaunya dan melukai pasangan. Di dalam cinta yang membangun, ada usaha untuk kita melindungi relasi yang kita miliki. Banyak orang dapat memulai relasi kasih,tapi tidak banyak yang bisa melindunginya. Dengan berjalannya waktu, kita sembarangan dan tidak menghargai relasi itu. Kita tidak merawatnya dan membiarkannya sendiri. Relasi kasih memerlukan perawatan, banyak relasi nikah yang pada akhirnya kering rusak karena tidak dirawat. Pertengkaran berlimpah karena tak mendapat cukup perhatian. Oleh sebab itu, kita harus menyayangi dan memperlakukannya dengan penghargaan yang dalam.

                Tuhan tahu bahwa manusia tidak selalu berhasil menepati janji, tapi Ia selalu percaya kepada kita. Ia selalu siap menerima pertobatan kita dan memberi kita kepercayaan lagi. Inilah kasih dan seperti inilah seharusnya kita mengasihi. Ketika kita kehilangan kepercayaan, disaat itulah kita kehilangan kasih. Mengasihi dan mempercayai merupakan dua sisi dari satu koin. Cinta yang membangun mempercayai kejujurannya, ketulusannya, kesetiaannya, dan kasihnya kepada kita. Mempercayai berangkat dari pikiran positif kita kepada pasangan. Cinta yang menghancurkan berangkat dari kecurigaan, karena didalam kecurigaan terdapat ketakutan.

                Firman Tuhan mengajarkan, kasih selalu berharap. Cinta yang membangun berisikan harapan, karena di dalam cinta selalu tersedia keinginan melihat perubahan dan pembaharuan pada diri orang yang kita kasihi. Kita sadar bahwa ia memiliki kelemahan tetapi kita terus berkeinginan melihatnya menjadi lebih baik. Cinta yang membangun tidak mudah kehilangan harapan, sebab dasarnya kuat, dasar cinta yang membangun memberi dan berkorban. Cinta yang menghancurkan, dasarnya keuntungan pribadi, tatkala sudah tidak ada yang diterima maka pupuslah harapan dan cintanya. Kasih sabar menanggung segala sesuatu. Dalam kasih ada ketabahan dan ketangguhan. Kasih yang besar memberi kekuatan untuk bertahan dalam penderitaan. Kita mencintai karena ingin memberi,di dalam memberi kita menemukan kekuatan untuk bertahan.



0 komentar:

Posting Komentar