Sabtu, 16 Juli 2022

Kehidupan Rohani dalam Keluarga Rohani part 1 (Anak Rohani)

Halo... Shallom para pembaca,

Welcome back to my blog, it's me, Debora Yolanda...

Kalau kemarin kita bicara soal konsep keluarga rohani, yang bisa kalian akses di sini 

Sekarang aku ingin bicara sama kalian tentang kehidupan berkeluarga rohani. Wah... bisa bayangin gak kalian, itu kayak gimana?

Jadi gini temen-temen, walau sebagian besar pembaca post ini adalah kristen mungkin, sering denger kata keluarga rohani mungkin, bahkan punya keluarga rohani mungkin, tapi kalian tu paham gak sih, kalian mesti bersikap kayak gimana dalam keluarga rohani itu? sering gak sih kalian bentrok sama keluarga rohani kalian? entah bentrok karena seakan mereka gak bisa memahamimu, gak asik, atau gak sejalan gitu sama maumu?

Mari kita bicara, dari mana sih asal usul keluarga rohani itu? dan gereja mana saja yang kira-kira sudah menerapkannya?

    Pertama aku mau bilang, ada orang yang bisa menemukan keluarga rohani itu dengan cara memang mencari orang tua rohani. jadi orang ini sadar nih kalau dia perlu di bimbing dan perlu pembimbing yang ada disampingnya, makanya dia cari orang yang tepat yang dia rasa bisa dijadikan panutan, yang dia rasa memang orang itu adalah orang yang benar dan takut akan TUHAN. jadilah orang ini datang kepada seseorang yang dia rasa bisa dijadikan kakak rohaninya dan memohon agar diangkat menjadi anak rohani, dibimbing, ditegur, dididik, dan mau mendengar dan turut serta dalam kehidupan kakak rohaninya. Beruntunglah Anda yang mendapat anak rohani yang macam begini ya, :D wkwkwk. Udah gak nyari, sadar diri jadi anak rohani, menyediakan diri buat diatur lagi. Puji TUHAN...

    Kedua, ini adalah anugerah bagi orang-orang berdosa :D, tapi ujian bagi orang tua/kakak rohani. Yang kedua itu adalah dimana ada orang-orang yang perduli akan orang lain, dan mau, sudi meluangkan waktu untuk memperdulikan orang yang masih hidup dalam dosa, orang yang masih hidupnya seturut dengan dunia, apa'an tuh contohnya? iri hati, body shaming misalnya, hidup semau sendiri, pokok dia harus yang terbaik dan terpuji misalnya, lalu orang yang masih mengalami luka hati. Wah berat dan harus penuh sabar pokoknya buat kakak rohani yang dapet anak rohani dengan cara begini.an. Udah kiblat hidupnya masih kearah dosa dan dunia, gak punya konsep keluarga rohani juga jadi ya mesti sabar dan double porsi ngajarinya. Puji Tuhan, aku dapet keluarga rohani yang ini, begitu :D (ini maksudnya aku yang posisi anak rohaninya, ya..., bukan kakak rohaninya ya... wkwkwkwk).

Sadarilah juga, bahwa menemukan keluarga rohani atau mendapat keluarga rohani itu gak mudah, dan pahami, gak semua orang TUHAN kasih anugerah untuk dapet keluarga rohani. Ada orang yang sampai akhir hidupnya gak punya keluarga rohani, why? mungkin gak cari, mungkin juga saking bebal hidupnya jadi dia gak perduli dengan hal rohani, jadi walau sudah dikasih, dia gak mau mendengar dan malah meninggalkan, bisa jadi. Jadi disini gak ada jawaban lebih baik mencari atau lebih baik dicari. Karena baik mencari maupun dicari juga memiliki kesusahannya sendiri-sendiri.

Oke, jadi awalnya aku pun gak paham dengan konsep keluarga rohani dan kakak rohani itu seperti apa. gerejaku pantekosta dan dalam kami beribadah memang ada ibadah persekutuan, yaitu persekutuan wanita, pria, dan kaum muda, juga anak sekolah minggu. Dimana konsep persekutuan ini lebih kayak ibadah umum tapi dengan lingkup yang lebih kecil. Maybe, kalau kalian bergereja di protestan juga akan mendapati yang seperti kudapati, ya... memang sih, gereja-gereja yang udah nerapin keluarga rohani, kurasa belum banyak, yang aku tahu itu ROCK tempat Pak Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana dan GMS tempat Pak Pdt. Philip Mantofa, aku gak tahu apakah di GKA atau yang lainnya juga menerapkan yang demikian?

    Kalo konsep tentang keluarga rohani saja seseorang gak paham, jangan terkaget-kaget kalau mereka sering berbuat anomali dalam keluarga. Tidak sopan dalam keluarga misalnya, membuat keputusan tanpa berdiskusi dengan keluarga misalnya, melakukan tindakan-tindakan secara sembunyi-sembunyi dari keluarga (bisa jadi juga dalam benak mereka, ngapain aku laporan sama kakak rohani sih? orang mereka bukan papa mama kandung bukan saudara kandung, kadang keluarga kandung aja gak dikasih tahu, apa lagi ini yang dalam hubungan sipil, darah, tidak ada hubungannya? emang mereka siapa? harus dikasih tahukah?), merasa paling diabaikan, paling tidak di istimewakan. Dalam hal-hal seperti ini kakak rohani dituntut untuk lebih ekstra dan diatas normal penanganannya, karena ya ibarat manusia ya, mereka termasuk ABK (anak berkebutuhan khusus) yang berdampak mengalami kelambatan perkembangan dalam hal ini lambat berkembang imannya. Jadi jangan harapkan dia bisa berprilaku yang seharusnya. Kita mesti kasih contoh dia dulu, musti diajari dulu, gimana to jadi anak rohani yang baik, gimana to jadi keluarga rohani yang baik itu. kalo menghadapi situasi kayak gini, aku sebagai keluarga rohani yang baik, harusnya kayak gimana. Wah... kayak nyetir banget ya... honestly iya, dan ketika kakak rohaninya mau ngajari sebegitunya, dia juga belum tentu mau, karena bisa jadi gak enak dan gak sesuai dengan keinginannya dia. Ini adalah tantangan bagi kakak rohani yang punya anak yang belum paham soal keluarga rohani, hidup dalam dosa (dosa apa saja deh, bisa dosa sex, dosa kesombongan, merusak diri memakai obat terlarang misalnya), dan kalau pun gak dosa yang ku sebutkan itu, ada juga dosa karena hidupnya masih berkiblat dunia: aku harus yang terbaik, paling oke, dan jadi panutan, di puji-puji. Baik adik rohani maupun kakak rohani ketika ada masalah atau ada sikap anggota rohani yang menjengkelkan. sadarilah itulah keluarga, tidak ada keluarga yang sempurna. dan keluarga ini hanya bisa disempurnakan oleh kasih Kristus. Jadi harus saling memaafkan, memahami, tapi juga mau belajar dan berusaha untuk berubah seturut kehendak Kristus.

Lalu masalah yang berikutnya yang bisa saja terjadi di dalam kehidupan kerohanian dalam keluarga rohani adalah pribadi yang punya masalah dalam relasi. Ini ada dua eksterm, kakak rohaniku biasa bilang ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Apa sih ekstremnya? 

    yang pertama relasi yang kurang baik terhadap sesama manusia, Waw... seperti apakah itu? contohnya begini: ada seorang anak yang sering mendapat bully dari orang lain, entah itu temannya, entah itu gurunya, sudah dapet bully, dia gak punya teman/sahabat yang bisa dipercaya yang ada disisinya waktu dia di bully (Of course TUHAN Yesus adalah sahabat kita right? tapi ini aku lagi bicara yang kasat mata dan bisa dipegang dan dilihat di samping kita, yang kita rasa real walau di dunia yang fana), sudah begitu orang tuanya gak perduli dan ikutan nge-bully dia juga. Wah... percayalah, kepada kakak rohani yang ia jumpai, sekalipun itu anda dan Anda hidup baik dan benar dihadapanNYA, besar kemungkinan anak ini tidak langsung percaya kepada Anda, wkwkwkwk. Ya... gimana ya..., ya maklum saja, ini butuh proses dan pembuktian bahwa Anda berbeda dari yang lain dan bisa dipercaya, karena konsep ketulusan belum ada di hidupnya. Justru Anda bisa menjadi saluran contoh bagi anak ini, tentang bagaimana kasih Kristus yang sejati itu bagi dia, jika Anda dipilih TUHAN untuk mampu bertahan membimbing anak rohani ini.

    yang kedua relasi yang terlalu baik dengan dunia. Saking baik dan carenya temen-temennya yang secara rohani tidak sejalan dengan kebenaran Kristus, itu membuat dia lebih percaya sama temen-temennya daripada kepada kakak rohani. Walaupun itu temen ngajarin dia gibah, berbuat jahat kepada orang lain, ngajarin berbuat dosa misalnya, tapi dia lebih percaya temennya lebih baik ketimbang kakak rohani. Why? lha yang ada disampingku, yang nanyain aku, yang perduli sama aku, yang jengukin aku temenku dan bukan kakak rohani, kok. Ini jujur agak sulit sih, antara kakak rohani/keluarga rohani yang kurang care atau mereka yang lebih mendekatkan diri kepada jalan yang salah. Walau mereka mungkin tahu bahwa temen itu salah tapi mereka tetep bergaul sama temen itu karena temen itu bisa memenuhi kebutuhan mereka, kebutuhan diterima mungkin, kebutuhan diperhatikan mungkin. Kalo yang model begini, sudahlah ini sulit, dan inilah misteri ilahi. Hanya TUHAN yang bisa menghantamnya, mengajarinya sendiri untuk mau berubah dan memilih yang benar. Walau ya sebagai kakak rohani, tentulah ya, kita tidak mendoakan kehancuran mereka.

Nah ini adalah gambaran tentang kehidupan rohani dalam keluarga rohani part 1 tentang anak rohani. di next post, aku pengen cerita ke kalian, gimana sih lika-liku jadi kakak rohani itu, dan apa saja hal-hal yang bukan sepenuhnya salah tapi kurang tepat dan sebaiknya diperbaiki didalam menjadi kakak rohani.

Oke, sampe ketemu di post berikutnya teman-teman see you soon n GBU.


0 komentar:

Posting Komentar